Calya Chesta Menyajikan Informasi Terbaik

Tab Menu Calya Chesta

Minggu, 23 November 2014

ASAL MULA UPACARA KASADA

Di gunung Bromo ada sebuah kelurga. Keluarga itu damai, tentram, dan tidak pernah bertengkar, suasana alam pun membuat mereka senang. Keluarga itu bernama Nyai Anteng dan Ki Seger. Waktu terus berjalan keluarga itu semakin tua, tetapi mereka masih tidak bertengkar.

Semakin tua mereka pun sadar walaupun kita tidak pernah bertengkar tetapi kami kesepian karena tidak mempunyai anak. Keinginan itu semakin kuat. Akhirnya mereka bersemedi di kaki gunung Bromo. Setiap hari mereka bersemedi, akhirnya di jawab oleh dewa brahma ia mengatakan “Wahai Nyai Anteng dan Ki Seger jika kalian ingin mempunyai anak, aku akan memberikan 25 anak asal kamu harus menjeburkan anak pertamamu ke kawah gunung Bromo”. “baiklah” begitu kata Nyai Anteng dan Ki Seger.

Hari terus berjalan mereka pun akhirnya mempunyai 25 anak. Anak pertama nya bernama Kusuma. Waktu terus berjalan anak mereka sudah besar. Tetapi mereka ingat janjinya. Mereka tidak tega menjeburkan anaknya ke kawah gunung bromo karena anak sulungnya tampan. Gunung Bromo memberi tanda-tanda dengan gemuruhnya gunung Bromo. Mereka akhirnya tidur. Nyai Anteng bermimpi “kalau kau tidak segera menjeburkan anak sulung mu ke Kawah gunung Bromo maka 25 anakmu ku ambil paksa. Ia bangun dari mimpinya. Anak pertama nya sudah dewasa dia menanyakan kepada ibunya “ kenapa ibu sedih”. Ibu akan menceritakan “ waktu kamu belum ada ibu bersemedi untuk mendapatkan putra, dewa brahma pun mengabulkannya dengan syarat anak sulungnya harus dijeburkan kawah gunung Bromo. Ibu bermimpi kalau anak sulungmu tidak segera di jeburkan 25 anakmu akan ku ambil paksa”. Kusuma pun terdiam dia hanya menjawab “baiklah demi ibu, ayah, dan adik-adik.

Ke esokan harinya kusuma pergi ke kawah gunung Bromo. Kusuma akan dijeburkan oleh ibunya disaksikan masyarakat. Gunung Bromo tidak gemuruh lagi. Nyai Anteng dan Ki Seger hidup bahagia dengan 24 anak nya tersebut
Masyarakat setuju membuat upatcara kasada untuk mendoakan roh kusumo. Petani pun ikut mengikuti upatcara kasada dengak menyerahkan hasil taninya dan kepala kerbau.

Senin, 10 November 2014

Perjalanan Pembuatan Photo Prewedding

Saya dan keluarga saya bersiap-siap berphoto. Sebelum berangkat kami menentukan tema. Tema itu adalah tema rumah kuno, pemandangan alam, dan dengan desain bangunan tradisional khas Jawa disertai vespa. Paman saya menyiapkan mobil terlebih dahulu. Sesampai di rumah kami sudah siap dan langsung berangkat.

Perjalanan dimulai dari JL. Banyumas, Selomerto, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia, sampai di perempatan saya belok kiri. Lurus sampai desa Plobangan, Selomerto, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia. Photo pertama dirumah seseorang warga yang kuno.

Kami melanjutkan perjalanan. Sampai di pasar jenggot, Selomerto, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia ada pertigaan kami mengambil jalur lurus karena kami ingin ke desa Plobangan, Selomerto, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia. Sampai di desa plobangan kami menemukan bangunan tradisional khas jawa, nah disinilah kami berphoto. Disana kami melihat vespa yang tua. Kamipun lngsung berphoto dengan vespa itu dan vespa paman saya.

Perjalanan ke tiga di sungai besrta makan-makan. Mengapa kami memilih sungai untuk berphoto? Karena disana banyak batu yang indah dan tebing yang terbuat dari batu, alami. Di sungai itu banyak ikan dan air yang jernih.

Perjalanan ke empat di Waduk Wadas Lintang kecamatan Wadas Lintang, Selomerto, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia. Di pertigaan Kaliwiro, Selomerto, Wonosobo, Jawa Tengah Indonesia. Kami mengambil jalur kiri. Ditengah perjalanan rute banyak tikungan dan berbelok-belok. Setelah melewai perjalanan yang jauh akhirnya sampai di Waduk Wadas Lintang. Disana kami berphoto diatas kapal.

Ini adalah photo yang ter akhir di lapangan, tapi masi di area kecamatan Wadas Lintang. Di lapangan banyak rumput yang hijau dan banyak tumbuhan putrid malu.

Kebetulan rumah simbah saya di sana. Kami beristiraha beberapa saat. Hari pun semaki sore kami segera pulang tetapi simbah saya menyuruh makan sebentar. Sesudah makan kami pulang.
Hari semakin sore keluargaku sudah menaiki mbil. Semua sudah siap berangkat. Kami pulang melewati jalan tadi yang berbelok-belok. Sampai di pertigaan Kaliwiro kami memilih jalan lurus. Saya bingung kenapa mengambil jalan luru. Seharunya kita belok kanan. Saya pun bertanya? Kenapa mengambil jalan kesini bukannya belok kanan. Katanya melewati jalan ini lebih cepat tadi kami melewati jalan itu untuk berphoto dirumah kuno dan dengan desain bangunan tradisisional khas Jawa. Jalan yang lurus tidak ada perumahan. Jalanya gelap karena samping kanan adalah jurang samping kiri adalah tebing. Perumahan di mulai pada desa candi, Sawangan, kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah, Negara Indonesia. Disana mulai terang karena banyak mobil dan motor. Kami hanya mengambil jalan lurus. Sampai di perempatan kami jalan lurus. Akhirnya kami pun sampai ke rumah.